KISAH SE EKOR NAGA EMAS
Kisah Salido (dalam Kerajaan
Lumbung Ameh beristana di Malonda) lebih dari1000 tahun yang silam, pernah
Salido pada pertengahan alaf pertama termasuk negeri dalam kerajaan, bernama
Kerajaan Lumbung Ameh dengan ibu kerajaan adalah Malonda, sehari semalam berjalan
ke arah selatan kota Painan sekarang. Rajanya bernama Baginda Tumenggung Cemeti
Alam.
Kerajaan yang sesuai dengan
namanya Lumbung Ameh amat makmur bertata emas, aman sentosa. Raja rela
berkorban langsung menyelamatkan rakyatnya sa’at ditimpa malapetaka, karenanya
raja sangat dicintai rakyatnya. Bahkan raja rajin turun kebawah menanyakan
apakah rakyatnya punya persiapan pangan apa tidak. saking adilnya raja.
Cerita kerajaan yang gemerlapan
dengan emas yang lumbung emasanya bagaikan bukti mengisahkan sejarah emas di
Salido dan kerajaan Lumbung Ameh, yang sangat aman dan sangat makmur. Ceritanya,pada dahulu kala ada
Sungai Salido yang batu dan pasirnya semuanya dari emas. Sungai Salido tidaklah
yang ada pada saat sekarang ini, tempat itu sudah tenggelam karena rakyat telah
melanggar janji raja. Yang isi dari perjanjian
tersebut, yakni yang pertama tidak boleh mencuri, yang kedua tidak boleh berkhianat,
ketiga tidak boleh berbauat fitnah, keempat tidak boleh membunuh (menghilangkan
nyawa atau menghilangkan peranan orang) dll..
Janji itu diterima raja dari
munajatnya di pinggir Sungai Salido, berkaitan dengan penjernihan air Sungai
Salido yang pernah cemar, keruh pekat busuk bau nanah. Cemarnya Sungai Salido itu,
karena seokor Naga Sakti dari Gunung Kerinci yang digambarkan sebagai Induk
Emas,. Ia bisa terbang secepat kilat dan sa’at terbang di langit terang
benderang seperti satelit melintas. Tak ada yang dapat menghambat, seandainya
ada yang menghambat pasti putus terbelah menjadi dua.
Apakah dari sini kisah Bukit
Putus di perbatasan Painan dan Salido, putus karena dilanda induk emas dari
Gunung Kerinci itu yang ketika itu hendak mandi ke Sungai Salido mengobati
penyakit eksim yang dideritanya dan membuat kulitnya sudah bernanah, belum
ditemukan cerita untuk itu.
Yang ada diceritakan Naga itu
mandi di Sungai Salido atas petunjuk yang gaib, yang ber Istana di Lautan Teduh,.
Naga itu berguling-guling mandi dengan Air Sungai Salido, membuat bumi dan
perbukitan sekitar terbalik dan Air Sungai menjadi keruh, cemar, busuk berbau
nanah bahkan ter infeksi bakteri yang berasal dari penyakit naga itu,.
Rakyat sangat menderita pada
waktu itu, kemana air minum hendak dicari, jangankan air itu bisa diolah, untuk
diminum saja sungguh sangat mengerikan. Banyak ahli nujum palsu mengambil
kesempatan berpura-pura mampu mencari jalan keluar agar dapat menjernihkan air
sungai tersebut. namun kenyataannya tidak pernah berhasil.
Akhirnya raja Tumenggung Cemeti
Alam pergi dengan sendiri di tengah malam pekat merangkak ke pinggir sungai itu
dengan air mata yang berlinang berdo’a kepada tuhan ketika itu, Ia memberanikan
dirinya untuk memegang air yang busuk tersebut, dan membasuhkan kemukanya..
Ia sangat nekat, biarlah dia
mati asal rakyat jangan sengsara. Itulah kata hatinya pada saat itu, Ia meminta
kepada Tuhan supaya do’anya dapat dikabulkan, permintaanya cuman satu, hanya
meminta supaya Tuhan dapat menjernihkan air sungai ini dan jadikanlah sungai
itu sebagai salah satu kekayaan rakyat, ternyata Doanya makbul disinilah ia menerima
ikatan jaji tadi, sebagai mana yang telah kita terangkan diatas.
Janji tadi terus disampaikan
kepada rakyat. Air Salido kembali jernih seperti semula sebagai tanda ucapan
terima kasih kepada sang Naga Sakti dari Gunung Kerinci, sang Raja menaburkan
emas sepanjang Sungai Salido.
Berkilauanlah Sungai Salido dengan emas
karena semua pasir dan batunya menjadi emas. Negeri Salido dalam Kerajaan
Lumbung Ameh menjadi kaya raya, Rakyatnya sangat makmur dan aman sentosa.
Banyak orang asing datang seperti Cina, Hindustan, Srilangka dan Malaka.
Raja-raja utara dan selatan berdatangan untuk membeli emas mereka.
Bahkan ada yang hendak mencoba menyerang
ingin merampas tambang emas mereka,
tetapi Rakyat Salido sangat tangguh dan kuat, karena Wali Nagarinya kompak
dengan raja serta rakyatnya.
Dapat di bayangkan kekayaan Negri Salido
yang berlimpah ruah. Rakyat hidup dalam serba berkecukupan. Tidak terdengar
jeritan derita dan kelaparan, tentu pula tidak dikenal busung lapar yang
memalukan karena negeri menjadi surplus beras dan raja mengetahui pasti dan
selalu turba mencek tingkat persediaan bahan pangan rakyat bahkan tahu denyut
nadi mereka. Karenanya tidak ada suara senjang dan spanduk demonstrasi
menentang raja, bahkan rakyat patuh dan mencintai rajanya.
Tetapi sepeninggal raja,
digantikan oleh adiknya, janji dilanggar. Judi, mencuri, khianat, fitnah,
membunuh dll. menjadi-jadi. Akibatnya petaka datang lagi lebih dahsat dari yang
terdahulu, Sungai Salido lenyap dengan misterius ditelan perut bumi dan emasnya
terkubur di dasar sungai dan ditelan perut perbukitan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar