Rabu, 18 Desember 2013



*BUKIT KHAYANGAN*
Bukit Khayangan yang berbunga, disinilah kita berdua memandang betapa indah-nya alam Kincai. Hamparan sawah yang begitu luas, bak permandani Turki terbentang bermacam warna.

Kasih........!” Teringat aku tentang kamu, tentang nostalgia kita berdua,   dipondok mungil ini diatas bukit nan indah Bukit Khayangan,  engkau menunjuk kearah Danau Kerinci bak altar kaca nan berkilau.

Kita melihat sepasang elang melayang-layang di udara mereka berdua seolah memadu CINTA kasih asmara bebas lepas tanpa karma.

Kasih.....!” Jujur kukatakan padamu sahwatku bangkit pada ketika itu, apa lagi tak-kala engkau bersandar pada bahuku, bau rambutmu yang khas terhidu sangat dekat-nya, membuat jantungku semakin berdebar.

Dan akupun merasakan detak jantung-mu  yang memburu, tapi sayang aku tak mengerti apa yang tersirat dalam hatimu.

Bukit Khayangan seakan menjadi saksi atas semua ini, dan juga sebagai saksi CINTA kita berdua. Tempat favorit yang sering kita kunjungi untuk mendengarkan dendangan alam kesukaan kita berdua.

Kasih......” Disaat keinginanku mendesak disaat jiwaku tergetar badanku terasa panas dingin bak penyakit tipus yang menjalar disekujur tubuhku.

Kasih.....!” Takut-ku pada Allah lebih kuat mencambuk hati ini, aku merasa dengan amat yakin sekali bahwasa-nya ia maha melihat ia maha tau segala niat yang terkandung didalam hati setiap hamba-nya.

Kasih....!” disaat keinginan tuk menikmati bersama-mu, sirna seketika dikarenakan Takut pada Allah-lah kita tidak berbuat.

Inilah kenangan indahnya sunset yang berwarna merah jingga, tempat yang penuh akan kenagan manis kita berdua. Itu semua akan jadi kenangan hitam & putih di kemudian hari. Mudah-mudahan akan segera pudar sebagaimana tinta hitam yang melekat pada kertas putih kemudian terkena air lalu memudar dan akhirnya menghilang lenyap dari pandangan angan.

Oleh: Toyak Hamdani Rio
Pengagum CINTA



“PENGALAMAN DI BIBIR PANTAI” (3)
Alangkah banyak pelajaran yang terkandung menyangkut akibat dari perbuatan yang kita lakukan sehari-hari baik dari perbuatan yang keji dan mungkar, sampai kepada perbuatan yang sangat santun, itu semua adalah suruhan yang meliputi hati. Ada yang bersumber dari hawa nafsu dunia dan setan. Dan ada yang berlandaskan Iman Islam Tauhid dan Ma’rifat.
                                         
Demikan pula kejadian yang barusan antara Bunga Indah dengan Perjaka kelihatan sekali dalam permasalahan mereka tersebut dikarenakan, keikut campur tangan dari sang Pujangga si pengembara, sehingga dua hati bisa bertaut.

KIDUNG MALAMKU
At: 22 47 PM 16/11/2013

Saat malam menyelimuti. Mendekap erat tubuhku
Membawaku dalam kidung sunyi
. Berbisik lirih 
suara hatiku. Mengingat cinta yang terbang tinggi 
tiada tempat singgah. Ku torehkan bisikan itu 
lewat bait puisi ini. Agar malam menyimpannya 
dalam bingkai sunyi. Atau ku iklaskan saja 
membubung tinggi ke atas sana. Hingga di atas 
sana cintaku menemukan tempat yang indah.
                                                                                                 
Malam ini  ku titip salam rindu pada camar.  
Agar esok disampaikan pada ombak laut.  
Pada buih yang menyisir pantai. Pada nyiur 
yang melambai. Nyanyikan aku sebuah syair 
indah penggugah rasa, agar tercipta 
simponi merdu untukku.

Robbi... ENGKAU penguasa malam. Pancarkanlah 
sinar kasihMU pada bulan. Agar aku dapat 
memandang indah wajahnya. Pancarkan juga 
cahaya kasihMU pada bintang. Agar aku 
dapat menatap kerlip manja sang bintang
 Hiasilah malam ini dengan dekap kasihMU
 Agar tak lupa aku betapa beasar kuasaMU
 Karena aku sendiri berdiam di sini.

Robbi... Kupejam mata ini dengan seribu bisu  
Malam terus terlewati. Tanpa menunggu
Aku tak mampu memintanya berhenti.  
Detik jam terus berputar tanpa menolehku.  
Seolah dia berkata padaku”kemana gerangan 
perginya cintamu angel?” Jawabku"  
kulabuhkan pada YANG KUASA"  (By: angelena)

Kadang yang sering tergelincir Iman-nya adalah pihak ketiga, sebab dikarenakan dia yang mempertaut dua hati, dia melihat dia mendengar dia yang menata mengatur kesemua-nya sehingga mereka mendapat kebahagiaan, sehingga membuat suatu kebanggaan tersediri. Yang menimbulkan rasa ria dan ajib pada diri sendiri.

Di karena ini sang Pujangga termenung sejenak apakah ada rasa bangga pada diri-nya sebab dia sangat takut pada Allah sebab dia tau dia adalah sebagai alat, semua keputusan ada di tangan Allah, ada sedikit saja riya melekat habis-lah aku.  Bisik hati-nya.

Bibir-nya Pujangga terus saja berkomat kamit mohon ampunan pada TUHAN.

Padahal Pujangga tidak menyadari, bisik hati-nya pun didengar oleh TUHAN.

Perjalanan pengembaraan sang Punjangga telah sampai di penghujung muara dimana bertemu-nya air Sungai dengan air Laut, yang rasa-nya berbeda antara tawar dengan asin. Sang Pujangga beristirahat sambil menyandarkan punggung disebuah batu, ia memandang begitu kagum dengan suasana lukisan nyata ciptaan TUHAN dihadapan-nya.

Gerimis Pagi ini yang lagi jatuh, 
Mengingatkan hati pada kenangan 
lama Rindu ini tak berteduh satu wadah 
pujaan hati entah sedang ada di mana

Pemandangan yang sangat indah di bibir pantai, nyiur melambai meliyuk liyuk lemah gemulai, debur ombak bak gendang para Pujangga, semelir angin menghembus menyisiri sela dedaunan, menciptakan irama bak biola. Membuat nyaman terasa di jiwa menyejukan  hati dikala duka.

Penyanyi asri kicauan burung, saling bersahutan satu dengan yang lain, bercanda  ria  dengan sesama bercumbu merayu memadu kasih yang penuh pesona. Aaaah......!” Pujangga menghela nafas panjang sambil berucap untunglah binatang tiada hukum tata karama. Peraturan Adat dan istiadat-nya.

Apakah hanya seluas yang terpandang mata alam ini, atau apa ada yang di sebalik bukit barisan sana. Begitu lah yang ber legar-legar di benak seorang anak belasan tahun dulu nya, di desa ke lahiran nya di keliling bukit bukit ....bagai kan dalam kawah besar ..........!”

Lamunan panjang sang Pujangga terhanyut dengan suasana keindahan dan kedamaian sepanjang pantai, membuat ia terlena akhir-nya menjadi kosong dalam pandangan, tertidur dengan nyenyak.

Wahai sahabatku semua....!” kalau kita mau memperhatikan dan mempelajari tentang kedamaian yang hakiki. Tentang orang yang terlepas dari himpitan batin. Lihatlah, perhatikanlah, wajah wajah orang ketika tertidur dengan nyenyak.

Jadi lah seorang insan yang berjiwa murni, yang di Ibarat kan sekuntum mawar merah dipupuk embun pagi, lalu di sinari surya indah bak pelangi menghiasi langit biru....

Mereka terlihat begitu polos, begitu damai dan begitu nyaman, apapun karakter mereka diwaktu terjaga. Sekejam apaun mereka. Sebaik apapun mereka. Sesakit apapun mereka. Sesenang apapun mereka. Namun ketika tertidur........!” wajah yang tadi-nya seram mencerminkan kekejaman. Wajah yang tadi-nya bersih mencermkan welas asih. Wajah yang tadi-nya sedih menahan sakit mencerminkan derita. Wajah yang tadi-nya riang mencerminkan kegembiraan.

Hidup ini hanyalah sementar, lakukanlah apa yang terbaik bagimu juga baik buat orng lain, ngan terlena dngn urasan dunia.

Namun ketika tertidur........!” Mereka terlihat begitu polos, begitu damai dan begitu nyaman, tiada sedikitpun yang tercermin dari watak mereka disaat mereka terjaga. Semua misal telah di misalkan pada tiap tiap diri. Namun sayang sedikit sekali orang yang mengetahui-nya.

Tak kala sang Pujangga tersentak dari tidur-nya ia mendengar jeritan seekor tikus, ditangkap dan tubuh-nya  dililit seekor ular. Pujangga melihat dengan amat jelas tikus tersebut sulit untuk bergerak melepaskan diri-nya, dan nafas-nya berhenti seketika itu juga, dengan tulang belulang yang telah patah-patah.

Sesal makin menyesak di dada ini. Penuhi dinding-dinding relung hati. Terlanjur sudah bara menyulut api kata maaf tak kau dengarkan lagi

Kasian kamu tikus.......” bisik sang Pujangga. Ia melihat dengan seksama setelah tikus tersebut tiada bergerak lagi sang ular tersebut mulai melahap menelan mangsa-nya dengan amat perlahan namun pasti.

Alangkah kejam-nya kamu ular..... ujar sang Pujangga perlahan, sebab ia melihat kejadian tersebut. Setelah semua tubuh tikus tersebut masuk kedalam perut sang ular, kelihatan sang ular tersebut stirahat sejenak.

Kesepian kesedihan tak mungkin merajut selama-nya, mentari tetap bakal keluar tuk menyinari walaupun awan berlomba tuk menutupi-nya

Sang Pujangga melihat seekor raja wali terbang mengtari tempat dimana sang ular menelan mangsa-nya, dengan gerakan reflek ia menukik dengan amat cepat-nya dan menyambar tubuh ular, dibawa terbang keatas pohon, kelihatan sekali ular tersebut meronta-ronta namun ia tdak dapat lepas dari cengkraman raja wali yang sangat kokoh. Akhir-nya ia terkulai lemas dan pasrah tubuh-nya dicabik-cabik jadi santapan sang burung raja wali. 

“KETULUSAN CINTA”
Wahai para perjaka muda seandainya kamu  
 benar nenar  tulus & ikhlas mencintai 
seorang wanita pujaanmu.

Maka kamu akan terlelap pada ketenangan 
yang amat nyaman yang bakal terbit 
dan muncul dari dalam jiwamu.

Ketenangan yang menghampiri setiap saat yang 
selalu menyinari hatimu menyegarkan 
hatimu di saat mulai melemah dan 
melayu dijambangan maligai cinta.

Sesungguhnya  ketulusan dan ke ikhlasan 
itu adalah di saat ketika kamu selalu berbuat 
hanya demi pujaan hatimu, walau dia tidak 
pernah melakukan hal itu padamu, ketulusan 
yang kau berikan kepadanya adalah 
semata mata karena Alloh.

Sebab ini semua adalah sebuah pembebasan 
dari duka dan deritamu selama ini yang 
ingin mencapai merajut cinta bersamanya.

Oleh: Toyak Hamdani
Pengagum C I N T A

Alangkah kejam-nya burung raja wali.......!”  bisik hati-nya Pujangga. Demi melihat kejadian tersebut hati-nya berbisik lagi apakah benar ular itu kejam....?” apakah benar raja wali itu kejam. Ia berpikir seandai-nya ia tidak membunuh  apa yang harus ia makan, sudah ketetuan Khodrat-nya ia memakan daging. Kalau tidak memakan daging ia tidak dapat hidup, ia tidak dapat berkembang biak. 

 PUJANGGA
Pujangga.....” kata kata-mu begitu indah.  
Memuji alam sejagat berjuta ma’na. Tentang 
permukaan bumi nan terbentang. Tentang mata 
hari nan sangat terang. Tentang rembulan malam 
berteman bintang

Pujangga.....” tulisan-mu membuat aku terlena.  
Membaca cerita yang engkau papar-kan. Tentang 
kisah percintaan sepasang anak manusia.  
Yang kasmaran dimabuk asmara.

Kadang aku tersenyum penuh dengan rasa iri
Kadang aku merasa akulah pelaku-nya
Sangking serius-nya aku membaca cerita-mu.

Tentang alkisah sepasang kekasih. Yang 
bercengkrama penuh dengan kebahagiaan.

Kadang kala aku menangis penuh haru.  
Membaca alkisah percintaan dua sejoli
Yang CINTA-nya tiada kesampaian.
Yang mana masing masing mereka
 Ada yang tersakiti & dikecewakan

Pujangga.....” Kadang aku terpukau.  
Melihat alur cerita pada lukisan-mu.  
Di mana bumi nan bertuan ini. Penenun 
kisah di langit jingga. Penyulap 
kata nan bermakna.

Dimana para pecinta yang lagi kasmaran.  
Mengucap janji nan amat romantic
 Pembaca mantra di segala suasana.  
Pujangga... aku salah satu pecinta.  
Pemilik segala angan Segala rasa.  
Segala mimpi dan ilusi.

Pujangga berilah "aku" sebuah arti...CINTA”  
Tuliskan jawaban-mu disepanjang bibir pantai.  
Dimana saat aku menanti...!” dalam penantian

Oleh: Asrinal Djohor & Toyak Hamdani rio
Pengagum CINTA