“PENGALAMAN DI BIBIR PANTAI” (3)
Alangkah banyak pelajaran
yang terkandung menyangkut akibat dari perbuatan yang kita lakukan sehari-hari
baik dari perbuatan yang keji dan mungkar, sampai kepada perbuatan yang sangat
santun, itu semua adalah suruhan yang meliputi hati. Ada yang bersumber dari
hawa nafsu dunia dan setan. Dan ada yang berlandaskan Iman Islam Tauhid dan
Ma’rifat.
Demikan pula kejadian yang
barusan antara Bunga Indah dengan Perjaka kelihatan sekali dalam permasalahan
mereka tersebut dikarenakan, keikut campur tangan dari sang Pujangga si
pengembara, sehingga dua hati bisa bertaut.
KIDUNG MALAMKU
At: 22 47 PM
16/11/2013
Saat malam
menyelimuti. Mendekap erat tubuhku
Membawaku dalam kidung sunyi. Berbisik lirih
suara hatiku. Mengingat cinta yang terbang tinggi
tiada tempat singgah. Ku torehkan bisikan itu
lewat bait puisi ini. Agar malam menyimpannya
dalam bingkai sunyi. Atau ku iklaskan saja
membubung tinggi ke atas sana. Hingga di atas
sana cintaku menemukan tempat yang indah.
Malam ini ku titip salam rindu pada camar.
Agar esok disampaikan
pada ombak laut.
Pada buih yang menyisir pantai. Pada nyiur
yang melambai. Nyanyikan aku sebuah
syair
indah penggugah rasa, agar tercipta
simponi
merdu untukku.
Robbi... ENGKAU penguasa malam. Pancarkanlah
sinar kasihMU pada bulan. Agar aku dapat
memandang indah wajahnya. Pancarkan juga
cahaya kasihMU pada bintang. Agar aku
dapat menatap kerlip manja sang bintang.
Hiasilah malam ini dengan dekap kasihMU.
Agar tak lupa aku betapa beasar kuasaMU.
Karena aku sendiri berdiam di sini.
Robbi... Kupejam mata ini
dengan seribu bisu
Malam terus terlewati. Tanpa menunggu.
Aku tak mampu
memintanya berhenti.
Detik jam terus berputar tanpa menolehku.
Seolah dia berkata padaku”kemana gerangan
perginya cintamu angel?” Jawabku"
kulabuhkan
pada YANG KUASA" (By: angelena)
Kadang yang sering
tergelincir Iman-nya adalah pihak ketiga, sebab dikarenakan dia yang mempertaut
dua hati, dia melihat dia mendengar dia yang menata mengatur kesemua-nya
sehingga mereka mendapat kebahagiaan, sehingga membuat suatu kebanggaan
tersediri. Yang menimbulkan rasa ria dan ajib pada diri sendiri.
Di karena ini sang Pujangga
termenung sejenak apakah ada rasa bangga pada diri-nya sebab dia sangat takut
pada Allah sebab dia tau dia adalah sebagai alat, semua keputusan ada di tangan
Allah, ada sedikit saja riya melekat habis-lah aku. Bisik hati-nya.
Bibir-nya Pujangga terus
saja berkomat kamit mohon ampunan pada TUHAN.
Padahal Pujangga tidak
menyadari, bisik hati-nya pun didengar oleh TUHAN.
Perjalanan pengembaraan
sang Punjangga telah sampai di penghujung muara dimana bertemu-nya air Sungai
dengan air Laut, yang rasa-nya berbeda antara tawar dengan asin. Sang Pujangga
beristirahat sambil menyandarkan punggung disebuah batu, ia memandang begitu
kagum dengan suasana lukisan nyata ciptaan TUHAN dihadapan-nya.
Gerimis Pagi ini yang lagi
jatuh,
Mengingatkan hati pada kenangan
lama Rindu ini tak berteduh satu
wadah
pujaan
hati entah sedang ada di mana
Pemandangan yang sangat
indah di bibir pantai, nyiur melambai meliyuk liyuk lemah gemulai, debur ombak
bak gendang para Pujangga, semelir angin menghembus menyisiri sela dedaunan,
menciptakan irama bak biola. Membuat nyaman terasa di jiwa menyejukan hati dikala duka.
Penyanyi asri kicauan
burung, saling bersahutan satu dengan yang lain, bercanda ria
dengan sesama bercumbu merayu memadu kasih yang penuh pesona.
Aaaah......!” Pujangga menghela nafas panjang sambil berucap untunglah binatang
tiada hukum tata karama. Peraturan Adat dan istiadat-nya.
Apakah hanya seluas yang terpandang mata alam ini, atau apa
ada yang di sebalik bukit barisan sana. Begitu lah
yang ber legar-legar di benak seorang
anak belasan tahun dulu nya, di desa ke
lahiran nya di keliling bukit bukit ....” bagai
kan dalam kawah besar ..........!”
Lamunan panjang sang
Pujangga terhanyut dengan suasana keindahan dan kedamaian sepanjang pantai,
membuat ia terlena akhir-nya menjadi kosong dalam pandangan, tertidur dengan
nyenyak.
Wahai sahabatku
semua....!” kalau kita mau memperhatikan dan mempelajari tentang kedamaian yang
hakiki. Tentang orang yang terlepas dari himpitan batin. Lihatlah,
perhatikanlah, wajah wajah orang ketika tertidur dengan nyenyak.
Jadi lah seorang insan yang berjiwa murni, yang di Ibarat kan
sekuntum mawar merah dipupuk embun pagi, lalu di sinari surya indah bak pelangi
menghiasi langit biru....
Mereka terlihat begitu
polos, begitu damai dan begitu nyaman, apapun karakter mereka diwaktu terjaga. Sekejam
apaun mereka. Sebaik apapun mereka. Sesakit apapun mereka. Sesenang apapun
mereka. Namun ketika tertidur........!” wajah yang tadi-nya seram mencerminkan
kekejaman. Wajah yang tadi-nya bersih mencermkan welas asih. Wajah yang
tadi-nya sedih menahan sakit mencerminkan derita. Wajah yang tadi-nya riang
mencerminkan kegembiraan.
Hidup ini hanyalah sementar, lakukanlah apa yang terbaik
bagimu juga baik buat orng lain, ngan
terlena dngn urasan dunia.
Namun ketika
tertidur........!” Mereka terlihat begitu polos, begitu damai dan begitu
nyaman, tiada sedikitpun yang tercermin dari watak mereka disaat mereka
terjaga. Semua misal telah di misalkan pada tiap tiap diri. Namun sayang
sedikit sekali orang yang mengetahui-nya.
Tak kala sang Pujangga
tersentak dari tidur-nya ia mendengar jeritan seekor tikus, ditangkap dan
tubuh-nya dililit seekor ular. Pujangga
melihat dengan amat jelas tikus tersebut sulit untuk bergerak melepaskan
diri-nya, dan nafas-nya berhenti seketika itu juga, dengan tulang belulang yang
telah patah-patah.
Sesal makin menyesak di dada ini. Penuhi
dinding-dinding relung hati. Terlanjur sudah bara
menyulut api kata maaf tak kau
dengarkan lagi
Kasian kamu tikus.......”
bisik sang Pujangga. Ia melihat dengan seksama setelah tikus tersebut tiada
bergerak lagi sang ular tersebut mulai melahap menelan mangsa-nya dengan amat
perlahan namun pasti.
Alangkah kejam-nya kamu
ular..... ujar sang Pujangga perlahan, sebab ia melihat kejadian tersebut.
Setelah semua tubuh tikus tersebut masuk kedalam perut sang ular, kelihatan
sang ular tersebut stirahat sejenak.
Kesepian
kesedihan tak mungkin merajut selama-nya, mentari tetap bakal keluar tuk
menyinari walaupun awan berlomba tuk menutupi-nya
Sang Pujangga melihat
seekor raja wali terbang mengtari tempat dimana sang ular menelan mangsa-nya,
dengan gerakan reflek ia menukik dengan amat cepat-nya dan menyambar tubuh
ular, dibawa terbang keatas pohon, kelihatan sekali ular tersebut meronta-ronta
namun ia tdak dapat lepas dari cengkraman raja wali yang sangat kokoh.
Akhir-nya ia terkulai lemas dan pasrah tubuh-nya dicabik-cabik jadi santapan
sang burung raja wali.
“KETULUSAN CINTA”
Wahai para
perjaka muda seandainya kamu
benar nenar
tulus & ikhlas mencintai
seorang wanita pujaanmu.
Maka kamu akan terlelap pada ketenangan
yang amat nyaman yang bakal
terbit
dan muncul dari dalam jiwamu.
Ketenangan yang menghampiri setiap saat yang
selalu menyinari hatimu
menyegarkan
hatimu di saat mulai melemah dan
melayu dijambangan maligai cinta.
Sesungguhnya
ketulusan dan ke ikhlasan
itu adalah di saat ketika kamu selalu berbuat
hanya demi pujaan hatimu, walau dia tidak
pernah melakukan hal itu padamu, ketulusan
yang kau berikan kepadanya adalah
semata mata karena Alloh.
Sebab ini semua
adalah sebuah pembebasan
dari duka dan deritamu
selama ini yang
ingin mencapai merajut cinta bersamanya.
Oleh: Toyak Hamdani
Pengagum C I N T A
Alangkah kejam-nya burung
raja wali.......!” bisik hati-nya
Pujangga. Demi melihat kejadian tersebut hati-nya berbisik lagi apakah benar
ular itu kejam....?” apakah benar raja wali itu kejam. Ia berpikir seandai-nya
ia tidak membunuh apa yang harus ia
makan, sudah ketetuan Khodrat-nya ia memakan daging. Kalau tidak memakan daging
ia tidak dapat hidup, ia tidak dapat berkembang biak.
“PUJANGGA”
Pujangga.....” kata kata-mu begitu indah.
Memuji alam sejagat
berjuta ma’na. Tentang
permukaan bumi nan terbentang. Tentang mata
hari nan
sangat terang. Tentang rembulan malam
berteman bintang
Pujangga.....” tulisan-mu membuat aku terlena.
Membaca cerita yang
engkau papar-kan. Tentang
kisah percintaan sepasang anak manusia.
Yang kasmaran dimabuk
asmara.
Kadang aku tersenyum penuh dengan rasa iri.
Kadang aku merasa akulah
pelaku-nya.
Sangking serius-nya aku membaca cerita-mu.
Tentang alkisah sepasang kekasih. Yang
bercengkrama penuh dengan kebahagiaan.
Kadang kala aku menangis penuh haru.
Membaca alkisah
percintaan dua sejoli.
Yang CINTA-nya tiada kesampaian.
Yang mana masing masing mereka.
Ada yang tersakiti &
dikecewakan
Pujangga.....” Kadang aku terpukau.
Melihat alur cerita pada
lukisan-mu.
Di mana bumi nan bertuan ini. Penenun
kisah di langit jingga. Penyulap
kata nan
bermakna.
Dimana para pecinta yang
lagi kasmaran.
Mengucap janji nan amat
romantic.
Pembaca mantra di segala suasana.
Pujangga... aku salah satu pecinta.
Pemilik segala angan Segala rasa.
Segala mimpi dan
ilusi.
Pujangga berilah
"aku" sebuah arti...CINTA”
Tuliskan jawaban-mu disepanjang bibir pantai.
Dimana saat aku menanti...!” dalam penantian
Oleh: Asrinal Djohor &
Toyak Hamdani rio
Pengagum CINTA